cerita kehidupan
Alina terpaku begitu saja dari kejauhan sepasang kekasih berjalan beriringan, tanpa didekatipun ia tahu pria itu, pria yang mengenakan kemeja coklat bergaris adalah seseorang yang sangat dikenalnya. Mata bulatnya berkaca-kaca, tangannya bergetar, ia kehilangan senyumnya. “aku kuat”, “aku kuat”, “aku kuat” gumannya.
***
Sesosok wanita mengenakan stelan kemeja berwarna merah, duduk terpaku menatap jauh melalui jendela ruangannya, tepat disamping komputer kerjanya, ruangan dibiarkan gelap, ia terlihat malas beranjak dari duduknya hanya sekedar untuk menyalakan lampu, cuaca sekarang ini memang sangat buruk, tiba-tiba panas, tiba-tiba badai. Ia sesekali menguatkan lipatan tangannya, berusaha melindungi dari hembusan angin badai disertai hujan lebat yang masuk lewat jendelanya. Raut mukanya tidak seperti melamun, ia memikirkan seseorang, seseorang yang dulu pernah membuatnya tersenyum, mengajarinya banyak hal, seseorang yang selalu ia nanti senyumannya dipagi hari, seseorang yang menjadikannya sekuat ini, kuat dari sakit, ia bahkan tidak pernah berharap lain darinya, ia hanya berharap senyuman pria itu alasannya karenanya. Dia berpengaruh besar dalam hidupnya. Tiba tiba pintu terbuka, ia kaget.
“alina, kenapa kau masih disini? Segeralah bersiap-siap 3 jam lagi sahabat kita menikah”
“ya” jawabnya
Ia bergegas merapihkan mejanya dan mengambil kunci mobilnya. Dalam perjalanan ia meneruskan lamunannya, teringat kejadian 2 tahun lalu, pria itu sudah memilih pilihan hatinya, ia masih sendiri, darinya ia belajar menunggu.
Komentar
Posting Komentar