cerita kehidupan Sebuah Musolah berukuran 2x 1.5 meter, tergantung kaligrafi ayat kursi, sedikit lembab dengan tumpukan tumpukan alat ibadah disampingnya, berada di lorong utama menuju ruang keluarga dengan posisi menghadap ke barat, berbatasan langsung dengan ruang makan, selalu terdengar alunan ayat suci yang dibacakan, tidak terlalu merdu bagi yang tidak rutin mendengarkan, alunan ayat demi ayat terdengar setelah adzan magrib sampai berkumandang adzan isya. Suara itu memang tidak cukup merdu, selalu menarik untuk didengarkan, mempunyai intonasi yang sangat unik, sedikit kesalahan ayat yang dibacakannya menandakan si empu rutin melantunkan ayat suci, lebih mendekat lagi seorang anak kecil sekitar 7 tahun, 4 buah buku tas bertulisakan “ben 10” membawa pensil dan memegang sebuah alat bantu hitung, “sempoa” katanya, dengan raut muka menunggu si empu suara mengajarkan dan mengoreksi hasil hitungnya, sementara alunan ayat itu masih terdengar dari balik lorong. Diruang depa...
glaube nicht alles, was du hoerst. sage nicht alles, was du weisst. tu nicht alles, was du willst. lieb' nicht alles, was du siehst.. _Alter deutscher Sprach_