cerita kehidupan
Hujan malam itu tidak seperti biasanya, dirumah yang
tidak memiliki halaman luas tidak terdengar suara-suara yang biasa terdengar, suara-suara
anak perempuan dari berebutan mainan sampai berebutan remote menonton program
televisi favorit masing-masing. Hujan malam itu lebih syahdu daripada biasanya
terlihat hanya ada ibu muda berambut ikal dengan kaca mata plusnya sedang tekun
menjahit beberapa potong seragam sekolah yang dijualnya, terdengar suara riuh
mesinh jahit tapi tetap jauh dari biasanya. Disamping ibu muda itu ada bapak
muda tampan sedang asik merapihkan peralatan badminton, olahraga kegemarannya,
ia sesekali menyeruput susu kopi yang dibuatnya sediri.
Kemana suara riuh biasa itu pergi, rumah itu tetap saja
sepi. Diruang tamu terdapat bebarapa sofa dan meja kecil, juga beberapa sedikit
hiasan yang dipamerkan, beberapa buku dan majalah anak dibawah meja, diatas
meja ada asbak putih tua menandakan sering dipakai oleh empunya, diruang tengah
pun tetap lengang seperti tidak ada kehidupan, televisi dibiarkan begitu saja
diatas meja tanpa mengeluarkan suara dan gambar, dipojok ruangan ada sebuah
penanak nasi berumur tidak muda lagi dibiarkan tergeletak sendiri, sepertinya penghuni
rumah baru saja selesai menghabiskan makanan. Suara jam dinding ‘taktiktok tak
tik tok’ terdengar lebih keras dari biasanya, jarum paling panjang terus
berputar, jarum setengah panjang menunjukan pada angka 8 dan jarum yang paling
pendek sendiri menunjuk pada angka 7, terbukti sangat dini untuk sebuah
keceriaan hilang ditelan malam, seharusanya penghuni rumah tersebut sedang asik
tertawa dengan hiburan favorit yang ditontonya. Sebentar-sebentar terdengar
angin kencang memaksa masuk lewat jendela, rintikan air hujan dari langit masih
tetap tidak berubah dari beberapa jam yang lalu, hujan memaksa senja tidak
menampakan batang hidungnya.
Dipojok ruangan lagi terdapat meja belajar kecil
berwarna merah muda dengan gambar anak kecil terlihat belum disentuh, selangkah
kaki berjalan kedalam lorong ada tempat ibadah yang tidak terlalu besar
tergeletak beberapa potong alat ibadah tergantung dan tumpukan kecil kitab
suci. Mungkin dikamar mandi, tetap tidak ada, disana hanya ada tumpukan
baju-baju rumah yang tergeletak bagitu saja dengan keadaan basah juga kotor,
banyak pasir menempel dibeberapa potong baju anak, dimana gerangan empunya? Di
dapur tetap saja tidak terlihat, tetap sepi ada bebrapa tabung gas berjejer
rapi, semuanya bersih tidak ada yang berserakan sedikitpun, pasti ibu muda
berambut ikal itu yang membereskannya.
Diruang tengah disamping meja televisi, teringat ada
pintu yang sengaja ditutup. Berbalik dengan sedikit berlari, dari balik pintu
terdengar suara 2 anak perempuan kecil yang saling menyalahkan dengan suara
berbisik “gara-gara kamu!!”, “enak aja kamu” balas perempuan yang lebih kecil,
“ssssttt,,, jangan keras keras nanti bapak denger” sahut perempuan yang lebih
besar. Setelah itu tidak terdengar lagi, mereka dengan segera memejamkan mata,
pura-pura tertidur. Tidak sengaja ada suara sesegukan dikamar sebelah, dikamar
itu tidak tertutup terlihat anak perempuan yang lebih kecil lagi dari yang ada
dikamar tertutup, membaringkan dan membenamkan wajahnya dibawah bantal untuk
menutupi suara tangisannya, yang terlihat hanya rambut lurus pendek berwarna
merah efek matahari, setelah lama tersadar ada yang memperhatikan dengan lirih
dan merengek “dimarahin bapak soalnya ujan-ujanan” suara tangisan itu bertambah
kencang.
Minggir, 3 Agustus 2012
22.35
Komentar
Posting Komentar