Anak Maria
diterjemahkan oleh: Silvi Ushliha untuk memenuhi tugas akhir Ueberzetsung D-I
yogyakarta, 6 Januari 2013
Dipinggiran hutan
yang sangat besar, hiduplah seorang penebang kayu dengan istrinya. Ia hanya
memiliki satu orang anak, anaknya seorang perempuan masih 3 tahun. Mereka
sangat miskin, karena mereka tidak memiliki banyak Roti dan Sosis setiap
harinya, untuk mereka makan.
Pada suata hari penebang kayu lebih awal pergi ke
Hutan untuk bekerja. Dan ia menebang
kayu, disana berdiri seorang yang cantik, Wanita yang lebih besar darinya, ia
mengenakan mahkota di kepalanya terbuat dari cahaya bintang, ia lalu berkata
kepada tukang kayu: “aku adalah Bunda Maria, Ibu dari Jesus. Kamu sangat miskin
dan kekurangan. Berikan anakmu padaku. Aku akan merawat, menjadi ibunya dengan
baik”. Penebang kayu mendengarjan. Ia menjemput anaknya dan menyerahkan kepada
Bunda Maria, lalu mereka pergi menuju surga. Hidupnya bertambah baik. Mereka
makan rotimanis dan meminum susu manis, dan bajunya terbuat dari emas, dan
malaikat selalu menyertainya
Tigabelas tahun
setelah kejadian itu, bunda maria memanggilnya dan berkata kepadanya:,,anakku
sayang, aku merencanakan tujuan yang sangat besar, aku titipkan kunci-kunci
untuk 13 pintu dari kerajaan surga. 12 diantaranya dapat kamu buka dan
keindahannya dapat kamu nikmati, tetapi pintu yang ketiga belas, kunci yang
terkecil yang kamu miliki, itu dilarang untukmu. Ingat, kamu tidak boleh
membukanya, atau kamu akan mendapat bahaya!” Gadis itu berjanji, merahasiakan. Lalu
Bunda maria pergi.
Ia memulai mengunjungi tempat tinggal dari kerajaan Surga.
Setia hari ia membuka satu persatu pintu, setelah pintu ke duabelas telah
dibuka. Disetiap tempat ia bertemu dengan Rasul yang mempunyai cahaya yang
mengelilinya, dan ia merasa sangat bahagia dengan semua kemegahan dan
keindahan, dan satu malaikat menemaninya, berbahagia bersama.
Sekarang tinggal
satu pintu yang dilarang untuk dibuka. Ia menemukan sebuah hasrat yang besar
untuk tahu, apa yang tersembunyi didalamnya, dan ia berkata kepada
malaikat:,,dengar saya memang tidak boleh pergi kesana, tapi aku ingin kita
membukanya, supaya kita boleh sedikit membuka dan mengintip sedikit saja. “ ,,Ahh
tidak”, kata malaikat, ,,itu dosa, Bunda maria melarang, dan kita akan mendapat
hukuman.”
Lalu mereka diam,
tetapi keinginan dalam hatinya tidak pernah diam, lalu ia mengerut dan
mencongkel dengan rapih menimbulkan keributan. Dan ketika malaikat meninggalkannya
sendirian. Ia berfikir: "aku sendirian,
dan bisa melihat ke dalam, tak seorang pun akan tahu jika saya lakukan.
Dia mencari
kunci, dan ketika berhenti dia di tangannya,
dia memasukkannya ke lubang kunci, dan ketika dia telah dia masukkan ke dalamnya, lalu ia
melompat kedalam pintu, dan ia melihat disana ada Salib dengan cahaya. Ia
berdiri sebentar dan memandang semuanya dengan takjub. Kemudian ia menyentuh
sedikit dengan jari kelingking pada cahaya, lalu jari kelingkingnya berubah
menjadi emas. Seketika ia sangat ketakutan, lalu mendorong pintu dengan keras
dan masuk. Ketakutannya tidak segera pergi. Ia sangat menyesala melakukakn, dan
jantungnya berdegub kencang dan terus gelisah. Jari kelingking emasnya tidak
juga hilang. Sebanyak apapun ia mencuci dan menggosok tangannya.
Tidak lama
kemudian, datanglah Bunda Maria dari perjalanannya. Ia memanggil Gadis itu
untuk meminta kembali kunci kerajaan Surga. Ketika serangkaian kunci kembali,
Bunda Maria memandang kepadanya dan berkata: ,,Apakah kamu tidak membuka pintu
ketigabelas?” ,,Tidak” jawabnya.
Lalu ia meletakkan tangannya keatas
jantungnya, ia merasakan jantungnya berdetak dan berdetak, karena ia sudah
membuka pintu itu. Lalu Bunda Maria berkata satu kali lagi: ,,apakah kamu tidak
melakukannya?’’ ,,tidak” ia berkata kedua kalinya. Bunda Maria memandang Jari
kelingkingnya, sudah menyentuhan dengan api emas surga, dan tahu kalau ia
bersalah, dan Bunda Maria berkata untuk ketiga kalinya: ,,Kamu benar tidak
melakukan?’’ ,,tidak’’ ia berkata untuk ketiga kalinya. Kemudian Bunda Maria
berkata: “ kamu tidak mendengarkanku dan sudah berbohong kepadaku. Kamu tidak
jujur dan tidak pantas untuk tinggal di surga”.
Kemudian ia
terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia terbangun dan sudah diatas bumu, berada
ditengan hutan belantara. Ia beteriak, tetapi tidak ada yang mendengarkan. Ia
berlari jauh, tapi tetap pada posisi semula, selalu saja kembali.
Di sebuah
pandang belantra yang terbuka, ada pohon tua dan berlubang, menjadi tempat
tinggalnya. Tempat berlindung dan ketika malam tiba ia tidur dibawahnya, dan
ketika badai dan hujan datang, ia belindung dibawahnya. Hidaupnya sangat
menyedihkan. Ia berfikir, ketika ia tinggal disurga sangat nyaman, malaikat
selalu menemaninya bermain, lalu ia menangis tersedu. Umbi umbian dan beri
hutan menjadi makanan pokoknya. Ia mencari dan langsung memakannya. Ketika
musim gugur datang dan daun daun berguguran ia menaruh didalam gua. Kacang
kacangan menjadi makanan ketika musim dingin tiba. Dan ketika salju dan es
turun, ia menghangatkan tangannya dengan hewan kecil dan daun, itu sangat
menderita. Tidak lama, menjemur pakaiananya dan mengambil persediaan lainnya,
tidak lama kemudian matahari menghangatkannya, ia pergi ke pohon dan duduk
diatasnya, dan rambuntnay terurai sampai bawah dan menutupi semua tubuhnya
seperti matel. Ia merasa hidupnya sangat menderita.
Suatu ketika,
ketika pohon pohon sudah kembali hijau, seorang raja sebuah negara sedang
berburu di hutan dang mengikuti rusa. Dan menerjang semak semak terdalam dan
masuk ditengan hutan, berdiri diatas kudan, ia menebang semak-semak dengan
pedangnya agar bisa berjalan. Ketika berhebnti ia mendesak keluar, ia melihat
seorang gadis yang cantik duduk dibawah pohon. Ia duduk dengan rambut emas dan
melihat dari rambut sampai ujung kaki.
Ia terpana melihat gadis itu dan
memandang dengan sangat takjub. Lalu ia berbicara dan berkata:, “Siapa kah kau?
Mengapa kamu duduk di hutan belantara?’’ Gadis itu tidak menjawab, karena ia
tidak bisa membuka mulutnya. Raja bertanya lagi: ,,Maukah engaku ikut bersamaku
ke istana?” ia hanya mengangguk sedikit. Raja meminta tangannya dan menuntun ia
naik ke atas kudanya lalu pergi menuju istana. Setibanya di istana, ia memberi
pakaian yang sangat indah untuk gadis itu, dan memberi semua perhiasaan. Namun
ia tetap tidak dapat berbicara, tetapi Raja sudah jatuh cinta kepada si Gadis,
tidak lama kemudian mereka menikah.
Satu tahun terlah
berlalu, Ratu melahirkan seorang putra kedunia. Suatu malam, ketika Ratu berada
dikamar sendirian, datanglah Bunda Maria dan berkata: ,,Maukah kau mengatakan
kebenaran, bahwa kau sudah membuka pintu terlarang, jika iya aku akan membuka
mulutmu dan kau akan bisa bicara kembali, namun apabila kau tetap bertahan
dengan kebohongan dan keras kepala, aku akan membawa anak yang baru dilahirkan
bersamaku”. Ratu tetap berbohong ketika menjawab. Ia tetap keras kepala dan
berkata: ,,Tidak, aku tidak membuka pintu terlarang.” Bunda Maria membawa anak
yang baru dilahirkan dengan tangannya. Pada suatu hari, ketika putranya tidak
ditemukan juga, banyak gosip-gosip dan berita, bahwa Ratu adalah pemakan
manusia dan memakan anaknya sendiri. Ia mendengarkan semuanya namun ia tidak
bisa berbicara apa-apa lagi. Si Raja tidak mempercayai, karena ia sangat
mencintai ratunya.
Satu tahun
kemudian, ratu kembali melahirkan anak laki-laki. Pada suatu malam Bunda Maria datang
menemuinya dan berkata: ,,Maukah kau jujur, bahwa kau sudah membuka pintu
terlarang, jika kau jujur aku akan mengembalikan putramu dan lidahmu, namun
apabila kau betahan dengan kebohongan dan dosamu, aku akan membawa lagi anak
yang baru lahir ini bersama ku.” Lalu Ratu berkata: ,,Tidak, aku tidak membuka
pintu terlarang.” Dan Bunda Maria menggendong anak laki-laki dan membawanya
pergi ke surga. Pada lain hari, ketika anak tidak dapat ditemukan lagi, semua
orang membincangkan dengan keras, bahwa Ratu yang telah membunuh anaknya
sendiri, dan Raja memerintah kepada dewan kerajaan. Apabila ada yang berbicara
seperti itu lagi mereka akan dihukum mati dan gantung, sehinggat orang-orang
tidak ada yang berbicara lagi.
Pada tahun
berikutnya, Ratu melahirjan seorang putri yang sangat cantik. Kemudian Bunda
Maria mendatangi untuk ketiga kalinya dan berkata: ,,ikutlah denganku!
Peganglah tanganku dan kita pergi ke surga dab melihat anak-anakamu. Ia tertawa dan bermain dengan bola bumi. Melihat itu
Ratu sangat gembira, lalu Bunda Maria berkata:,,Apakah Hatimu tidak tersentuh?
Ketika kau tetap bertahan, bahwa kau telah membuka pintu terlarang? Jika kau
jujur aku akan mengembalikan anak-anakmu kembali kepadamu. Tetapi Ratu menjawab
untuk ketiga kalinya: ,,Tidak, aku tidak membuka pintu terlarang itu.” Lalu
Buda maria kembali membawa anak ketiganya dari dunia ini.
Dihari yang lain,
semua orang membicarakan, dan berkata lantang: Ratu adalah seorang Pembunuh! Ia
harus hukum!” dan Raja tidak dapat
membantu ke dewan kerajaan, ia membawa Ratu ke Pengadilan, dan ketika itu ia
tidak dapat menjawab apapun dan membela diri, dan ia di ikat ke tiang kayu
bersama-sama dan di bawahnaya ada kayu kayu yang akan dinyalakan api untuk
membakarnya.
Dalam hati yang terdalam ia bertobat, dan berfikir: ,,Apakah bisa
aku mengakui sebelum kematianku datang, bahwa saya yang telah membuka pintu
terlarang itu,” lalu suara bergemuruh, dan ia berteriak: ,,Bunda Maria, aku
yang telah membukanya!” tiba-tiba hujan turun dari langit dan memandamkan api,
dan cahaya datang mendekatinya Bunda Maria datang dengan membawa kedua Putra
dan disebelahnya menggedong putri yang baru dilahirkan.
Ia berkata dengan penuh
kasih sayang: ,, siapa yang mengakui dosanya dan bertaubat, maka ia akan
diampuni.” Dan mendapatkan kembali 3 anaknya, juga lidahnya dan ia bahagia
untuk selama-lamanya.
ini dia versi Deutsch-nya
Vor einem großen Walde lebte ein Holzhacker mit seiner Frau, der hatte nur
ein einziges Kind, das war ein Mädchen von drei Jahren. Sie waren aber so arm,
dass sie nicht mehr das tägliche Brot hatten und nicht wussten was sie ihm
sollten zu essen geben. Eines Morgens ging der Holzhacker voller Sorgen hinaus
in den Wald an seine Arbeit, und wie er da Holz hackte, stand auf einmal eine
schöne große Frau vor ihm, die hatte eine Krone von leuchtenden Sternen auf dem
Haupt und sprach zu ihm 'ich bin die Jungfrau Maria, die Mutter des
Christkindleins: du bist arm und dürftig, bring mir dein Kind, ich will es mit
mir nehmen, seine Mutter sein und für es sorgen.' Der Holzhacker gehorchte,
holte sein Kind und übergab es der Jungfrau Maria, die nahm es mit sich hinauf in
den Himmel. Da ging es ihm wohl, es aß Zuckerbrot und trank süße Milch, und
seine Kleider waren von Gold, und die Englein spielten mit ihm. Als es nun
vierzehn Jahre alt geworden war, rief es einmal die Jungfrau Maria zu sich und
sprach 'liebes Kind, ich habe eine große Reise vor, da nimm die Schlüssel zu
den dreizehn Türen des Himmelreichs in Verwahrung: zwölf davon darfst du
aufschließen, und die Herrlichkeit darin betrachten, aber die dreizehnte, wozu
dieser kleine Schlüssel gehört, die ist dir verboten: hüte dich dass du sie
nicht aufschließest, sonst wirst du unglücklich.' Das Mädchen versprach
gehorsam zu sein, und als nun die Jungfrau Maria weg war, fing es an und besah
die Wohnungen des Himmelreichs: jeden Tag schloss es eine auf, bis die zwölfe herum
waren. In jeder aber saß ein Apostel, und war von großem Glanz umgeben, und es
freute sich über all die Pracht und Herrlichkeit, und die Englein, die es immer
begleiteten, freuten sich mit ihm. Nun war die verbotene Tür allein noch übrig,
da empfand es eine große Lust zu wissen was dahinter verborgen wäre, und sprach
zu den Englein 'ganz aufmachen will ich sie nicht und will auch nicht hinein
gehen, aber ich will sie aufschließen, damit wir ein wenig durch den Ritz
sehen.' 'Ach nein,' sagten die Englein, 'das wäre Sünde: die Jungfrau Maria
hats verboten, und es könnte leicht dein Unglück werden.' Da schwieg es still,
aber die Begierde in seinem Herzen schwieg nicht still, sondern nagte und
pickte ordentlich daran und ließ ihm keine Ruhe. Und als die Englein einmal
alle hinausgegangen waren dachte es 'nun bin ich ganz allein, und könnte hinein
gucken, es weiß es ja niemand wenn ich's tue. Es suchte den Schlüssel heraus
und als es ihn in der Hand hielt, steckte es ihn auch in das Schloss, und als
es ihn hinein gesteckt hatte, drehte es auch um. Da sprang die Tür auf, und es
sah da die Dreieinigkeit in Feuer und Glanz sitzen. Es blieb ein Weilchen
stehen und betrachtete alles mit Erstaunen, dann rührte es ein wenig mit dem
Finger an den Glanz, da ward der Finger ganz golden. Alsbald empfand es eine
gewaltige Angst, schlug die Türe heftig zu und lief fort. Die Angst wollte auch
nicht wieder weichen, es mochte anfangen was es wollte, und das Herz klopfte in
einem fort und wollte nicht ruhig werden: auch das Gold blieb an dem Finger und
ging nicht ab, es mochte waschen und reiben so viel es wollte.
Gar nicht lange, so kam die Jungfrau Maria von ihrer Reise zurück. Sie rief das
Mädchen zu sich und forderte ihm die Himmelsschlüssel wieder ab. Als es den
Bund hinreichte, blickte ihm die Jungfrau in die Augen, und sprach 'hast du
auch nicht die dreizehnte Tür geöffnet?' 'Nein' antwortete es. Da legte sie
ihre Hand auf sein Herz, fühlte wie es klopfte und klopfte und merkte wohl dass
es ihr Gebot übertreten und die Türe aufgeschlossen hatte. Da sprach sie noch
einmal 'hast du es gewiss nicht getan?' 'Nein' sagte das Mädchen zum
zweitenmal. Da erblickte sie den Finger der von der Berührung des himmlischen
Feuers golden geworden war, und wusste nun gewiss das es schuldig war und
sprach zum drittenmal 'hast du es nicht getan?' 'Nein' sagte das Mädchen zum
drittenmal. Da sprach die Jungfrau Maria 'du hast mir nicht gehorcht, und hast
noch dazu gelogen, du bist nicht mehr würdig im Himmel zu sein.'
Da versank das Mädchen in einem tiefen Schlaf, und als es erwachte, lag es
unten auf der Erde, mitten in einer Wildnis. Es wollte rufen, aber es konnte
keinen Laut hervor bringen.
Es sprang auf und wollte fortlaufen, aber wo es sich
hinwendete, immer ward es von dichtem Gebüsch zurück gehalten, das es nicht
durchbrechen konnte. In der Einöde, in welche es eingeschossen war, stand ein
alter hohler Baum, der musste ihm als Wohnung dienen. Darin schlief es Nachts,
und wenn es stürmte und regnete, fand es darin Schutz. Wurzeln und Waldbeeren
waren seine einzige Nahrung, die suchte es sich, so weit es kommen konnte. Im
Herbst sammelte es die Blätter des Baumes und trug sie in die Höhle, und wenn
es dann im Winter schneite und fror, bedeckte es sich damit. Auch verdarben
seine Kleider und fielen vom Leib herab. Sobald dann die Sonne wieder warm
schien, ging es heraus und setzte sich vor den Baum, und seine langen Haare
bedeckten es von allen Seiten wie ein Mantel. So saß es lange Zeit und fühlte
den Jammer und das Elende der Welt.
Einmal, als die Bäume wieder in frischem Grün standen, jagte der König des
Landes in dem Wald und verfolgte Wild, und als es in das Gebüsch geflohen war,
das den Waldplatz einschloss, stieg er ab, riss das Gestrüppe aus einander und
hieb sich mit seinem Schwert einen Weg. Als er endlich hindurch gedrungen war,
sah er unter dem Baum ein wunderschönes Mädchen sitzen, das von seinem goldenen
Haar bis zu den Fußzehen bedeckt war. Er stand still und betrachtete es voll
Erstaunen, dann redete er es an und sprach 'wie bist du in die Einöde
gekommen?' Es schwieg aber still, denn es konnte seinen Mund nicht auftun. Der
König sprach weiter 'willst du mit mir auf mein Schloss gehen?' Da nickte es
bloß ein wenig mit dem Kopf. Der König nahm es auf seinen Arm, trug es auf sein
Pferd, und führte es heim, wo er ihm schöne Kleider anziehen ließ, und ihm
alles im Überfuß gab. Und ob es gleich nicht sprechen konnte, so war es doch so
schön und freundlich, dass er es von Herzen lieb gewann, und es dauerte nicht
lange, so vermählte er sich mit ihm.
Als etwa ein Jahr verflossen war, brachte die Königin einen Sohn zur Welt.
Darauf in der Nacht, wo sie allein in ihrem Bette lag, erschien ihr die
Jungfrau Maria und sprach 'willst du die Wahrheit sagen und gestehen dass du
die verbotene Tür auf geschlossen hast, so will ich deinen Mund öffnen und dir
die Sprache wieder geben: verharrst du aber in der Sünde, und leugnest
hartnäckig, so nehm ich dein neugebornes Kind mit mir.' Das war der König
verliehen zu antworten, sie blieb aber verstockt und sprach 'nein, ich habe die
verbotene Tür nicht aufgemacht', und die Jungfrau Maria nahm das neugeborene
Kind ihr aus dem Arme und verschwand damit. Am anderen Morgen, als das Kind
nicht zu finden war, ging ein Gemurmel unter den Leuten, die Königin wäre eine
Menschenfresserin und hätte ihr eigenes Kind umgebracht. Sie hörte alles und
konnte nichts dagegen sagen, der König aber wollte es nicht glauben weil er sie
so lieb hatte,
Nach einem Jahr gebar die Königin wieder einen Sohn. In der Nacht trat auch wieder
die Jungfrau Maria zu ihr herein und sprach 'willst du gestehen dass du die
verbotene Tür geöffnet hast, so will ich dir dein Kind wiedergeben und deine
Zunge lösen: verharrst du aber in der Sünde und leugnest, so nehme ich auch
dieses neugeborene mit mir.' Da sprach die Königin wiederum 'nein, ich habe die
verbotene Tür nicht geöffnet,' und die Jungfrau nahm ihr das Kind aus den Armen
weg und mit sich in den Himmel. Am Morgen, als das Kind abermals verschwunden
war, sagten die Leute ganz laut die Königin hätte es verschlungen, und des
Königs Räte verlangten dass sie sollte gerichtet werden. Der König aber hatte
sie so lieb dass er es nicht glauben wollte, und befahl den Räten bei Leibes-
und Lebensstrafe nichts mehr darüber zu sprechen.
Im nächsten Jahr gebar die Königin ein schönes Töchterlein, da erschien ihr zum
drittenmal Nachts die Jungfrau Maria und sprach 'folge mir.' Sie nahm sie bei
der Hand und führte sie in den Himmel, und zeigte ihr da ihre beiden ältesten
Kinder, die lachten sie an und spielten mit der Weltkugel. Als sich die Königin
darüber freuete, sprach die Jungfrau Maria 'ist dein Herz noch nicht erweicht?
wenn du eingestehst dass du die verbotene Tür geöffnet hast, so will ich dir
deine beiden Söhne zurück geben.' Aber die Königin antwortete zum drittenmal
'nein, ich habe die verbotene Tür nicht geöffnet.' Da ließ sie die Jungfrau
wieder zur Erde hinabsinken und nahm ihr auch das dritte Kind.
Am anderen Morgen, als es ruchbar ward, riefen alle Leute
laut 'die Königin ist eine Menschenfresserin, sie muss verurteilt werden,' und
der König konnte seine Räte nicht mehr zurückweisen. Es ward ein Gericht über
sie gehalten, und weil sie nicht antworten und sich nicht verteidigen konnte,
ward sie verurteilt auf dem Scheiterhaufen zu sterben. Das Holz wurde
zusammengetragen, und als sie an einem Pfahl festgebunden war und das Feuer
rings umher zu brennen anfing, da schmolz das harte Eis des Stolzes und ihr
Herz ward von Reue bewegt, und sie dachte 'könnt ich nur noch vor meinem Tode
gestehen dass ich die Tür geöffnet habe', da kam ihr die Stimme dass sie laut
ausrief 'ja, Maria, ich habe es getan!' Und alsbald fing der Himmel an zu
regnen und löschte die Feuerflammen, und über ihr brach ein Licht hervor, und
die Jungfrau Maria kam herab und hatte die beiden Söhnlein zu ihren Seiten und
das neu geborne Töchterlein auf dem Arm. Sie sprach freundlich zu ihr 'wer
seine Sünde bereut und eingesteht, dem ist sie vergeben,' und reichte ihr die
drei Kinder, löste ihr die Zunge, und gab ihr Glück für das ganze Leben.
Brueder Grimm
Komentar
Posting Komentar