Langsung ke konten utama

Märchen – Marienkind - Brüder Grimm

Anak Maria
diterjemahkan oleh: Silvi Ushliha untuk memenuhi tugas akhir Ueberzetsung D-I
yogyakarta, 6 Januari 2013

Dipinggiran hutan yang sangat besar, hiduplah seorang penebang kayu dengan istrinya. Ia hanya memiliki satu orang anak, anaknya seorang perempuan masih 3 tahun. Mereka sangat miskin, karena mereka tidak memiliki banyak Roti dan Sosis setiap harinya, untuk mereka makan.
 
Pada suata hari penebang kayu lebih awal pergi ke Hutan untuk bekerja. Dan  ia menebang kayu, disana berdiri seorang yang cantik, Wanita yang lebih besar darinya, ia mengenakan mahkota di kepalanya terbuat dari cahaya bintang, ia lalu berkata kepada tukang kayu: “aku adalah Bunda Maria, Ibu dari Jesus. Kamu sangat miskin dan kekurangan. Berikan anakmu padaku. Aku akan merawat, menjadi ibunya dengan baik”. Penebang kayu mendengarjan. Ia menjemput anaknya dan menyerahkan kepada Bunda Maria, lalu mereka pergi menuju surga. Hidupnya bertambah baik. Mereka makan rotimanis dan meminum susu manis, dan bajunya terbuat dari emas, dan malaikat selalu menyertainya
 
Tigabelas tahun setelah kejadian itu, bunda maria memanggilnya dan berkata kepadanya:,,anakku sayang, aku merencanakan tujuan yang sangat besar, aku titipkan kunci-kunci untuk 13 pintu dari kerajaan surga. 12 diantaranya dapat kamu buka dan keindahannya dapat kamu nikmati, tetapi pintu yang ketiga belas, kunci yang terkecil yang kamu miliki, itu dilarang untukmu. Ingat, kamu tidak boleh membukanya, atau kamu akan mendapat bahaya!” Gadis itu berjanji, merahasiakan. Lalu Bunda maria pergi.
Ia memulai mengunjungi tempat tinggal dari kerajaan Surga. Setia hari ia membuka satu persatu pintu, setelah pintu ke duabelas telah dibuka. Disetiap tempat ia bertemu dengan Rasul yang mempunyai cahaya yang mengelilinya, dan ia merasa sangat bahagia dengan semua kemegahan dan keindahan, dan satu malaikat menemaninya, berbahagia bersama.


Sekarang tinggal satu pintu yang dilarang untuk dibuka. Ia menemukan sebuah hasrat yang besar untuk tahu, apa yang tersembunyi didalamnya, dan ia berkata kepada malaikat:,,dengar saya memang tidak boleh pergi kesana, tapi aku ingin kita membukanya, supaya kita boleh sedikit membuka dan mengintip sedikit saja. “ ,,Ahh tidak”, kata malaikat, ,,itu dosa, Bunda maria melarang, dan kita akan mendapat hukuman.”
Lalu mereka diam, tetapi keinginan dalam hatinya tidak pernah diam, lalu ia mengerut dan mencongkel dengan rapih menimbulkan keributan. Dan ketika malaikat meninggalkannya sendirian. Ia berfikir: "aku sendirian, dan bisa melihat ke dalam, tak seorang pun akan tahu jika saya lakukan

Dia mencari kunci, dan ketika berhenti dia di tangannya, dia memasukkannya ke lubang kunci, dan ketika dia telah dia masukkan ke dalamnya, lalu ia melompat kedalam pintu, dan ia melihat disana ada Salib dengan cahaya. Ia berdiri sebentar dan memandang semuanya dengan takjub. Kemudian ia menyentuh sedikit dengan jari kelingking pada cahaya, lalu jari kelingkingnya berubah menjadi emas. Seketika ia sangat ketakutan, lalu mendorong pintu dengan keras dan masuk. Ketakutannya tidak segera pergi. Ia sangat menyesala melakukakn, dan jantungnya berdegub kencang dan terus gelisah. Jari kelingking emasnya tidak juga hilang. Sebanyak apapun ia mencuci dan menggosok tangannya.

Tidak lama kemudian, datanglah Bunda Maria dari perjalanannya. Ia memanggil Gadis itu untuk meminta kembali kunci kerajaan Surga. Ketika serangkaian kunci kembali, Bunda Maria memandang kepadanya dan berkata: ,,Apakah kamu tidak membuka pintu ketigabelas?” ,,Tidak” jawabnya. 

Lalu ia meletakkan tangannya keatas jantungnya, ia merasakan jantungnya berdetak dan berdetak, karena ia sudah membuka pintu itu. Lalu Bunda Maria berkata satu kali lagi: ,,apakah kamu tidak melakukannya?’’ ,,tidak” ia berkata kedua kalinya. Bunda Maria memandang Jari kelingkingnya, sudah menyentuhan dengan api emas surga, dan tahu kalau ia bersalah, dan Bunda Maria berkata untuk ketiga kalinya: ,,Kamu benar tidak melakukan?’’ ,,tidak’’ ia berkata untuk ketiga kalinya. Kemudian Bunda Maria berkata: “ kamu tidak mendengarkanku dan sudah berbohong kepadaku. Kamu tidak jujur dan tidak pantas untuk tinggal di surga”.
Kemudian ia terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia terbangun dan sudah diatas bumu, berada ditengan hutan belantara. Ia beteriak, tetapi tidak ada yang mendengarkan. Ia berlari jauh, tapi tetap pada posisi semula, selalu saja kembali. 

Di sebuah pandang belantra yang terbuka, ada pohon tua dan berlubang, menjadi tempat tinggalnya. Tempat berlindung dan ketika malam tiba ia tidur dibawahnya, dan ketika badai dan hujan datang, ia belindung dibawahnya. Hidaupnya sangat menyedihkan. Ia berfikir, ketika ia tinggal disurga sangat nyaman, malaikat selalu menemaninya bermain, lalu ia menangis tersedu. Umbi umbian dan beri hutan menjadi makanan pokoknya. Ia mencari dan langsung memakannya. Ketika musim gugur datang dan daun daun berguguran ia menaruh didalam gua. Kacang kacangan menjadi makanan ketika musim dingin tiba. Dan ketika salju dan es turun, ia menghangatkan tangannya dengan hewan kecil dan daun, itu sangat menderita. Tidak lama, menjemur pakaiananya dan mengambil persediaan lainnya, tidak lama kemudian matahari menghangatkannya, ia pergi ke pohon dan duduk diatasnya, dan rambuntnay terurai sampai bawah dan menutupi semua tubuhnya seperti matel. Ia merasa hidupnya sangat menderita.

Suatu ketika, ketika pohon pohon sudah kembali hijau, seorang raja sebuah negara sedang berburu di hutan dang mengikuti rusa. Dan menerjang semak semak terdalam dan masuk ditengan hutan, berdiri diatas kudan, ia menebang semak-semak dengan pedangnya agar bisa berjalan. Ketika berhebnti ia mendesak keluar, ia melihat seorang gadis yang cantik duduk dibawah pohon. Ia duduk dengan rambut emas dan melihat dari rambut sampai ujung kaki. 
 Ia terpana melihat gadis itu dan memandang dengan sangat takjub. Lalu ia berbicara dan berkata:, “Siapa kah kau? Mengapa kamu duduk di hutan belantara?’’ Gadis itu tidak menjawab, karena ia tidak bisa membuka mulutnya. Raja bertanya lagi: ,,Maukah engaku ikut bersamaku ke istana?” ia hanya mengangguk sedikit. Raja meminta tangannya dan menuntun ia naik ke atas kudanya lalu pergi menuju istana. Setibanya di istana, ia memberi pakaian yang sangat indah untuk gadis itu, dan memberi semua perhiasaan. Namun ia tetap tidak dapat berbicara, tetapi Raja sudah jatuh cinta kepada si Gadis, tidak lama kemudian mereka menikah.

Satu tahun terlah berlalu, Ratu melahirkan seorang putra kedunia. Suatu malam, ketika Ratu berada dikamar sendirian, datanglah Bunda Maria dan berkata: ,,Maukah kau mengatakan kebenaran, bahwa kau sudah membuka pintu terlarang, jika iya aku akan membuka mulutmu dan kau akan bisa bicara kembali, namun apabila kau tetap bertahan dengan kebohongan dan keras kepala, aku akan membawa anak yang baru dilahirkan bersamaku”. Ratu tetap berbohong ketika menjawab. Ia tetap keras kepala dan berkata: ,,Tidak, aku tidak membuka pintu terlarang.” Bunda Maria membawa anak yang baru dilahirkan dengan tangannya. Pada suatu hari, ketika putranya tidak ditemukan juga, banyak gosip-gosip dan berita, bahwa Ratu adalah pemakan manusia dan memakan anaknya sendiri. Ia mendengarkan semuanya namun ia tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Si Raja tidak mempercayai, karena ia sangat mencintai ratunya.

 
Satu tahun kemudian, ratu kembali melahirkan anak laki-laki. Pada suatu malam Bunda Maria datang menemuinya dan berkata: ,,Maukah kau jujur, bahwa kau sudah membuka pintu terlarang, jika kau jujur aku akan mengembalikan putramu dan lidahmu, namun apabila kau betahan dengan kebohongan dan dosamu, aku akan membawa lagi anak yang baru lahir ini bersama ku.” Lalu Ratu berkata: ,,Tidak, aku tidak membuka pintu terlarang.” Dan Bunda Maria menggendong anak laki-laki dan membawanya pergi ke surga. Pada lain hari, ketika anak tidak dapat ditemukan lagi, semua orang membincangkan dengan keras, bahwa Ratu yang telah membunuh anaknya sendiri, dan Raja memerintah kepada dewan kerajaan. Apabila ada yang berbicara seperti itu lagi mereka akan dihukum mati dan gantung, sehinggat orang-orang tidak ada yang berbicara lagi.

Pada tahun berikutnya, Ratu melahirjan seorang putri yang sangat cantik. Kemudian Bunda Maria mendatangi untuk ketiga kalinya dan berkata: ,,ikutlah denganku! Peganglah tanganku dan kita pergi ke surga dab melihat anak-anakamu. Ia tertawa  dan bermain dengan bola bumi. Melihat itu Ratu sangat gembira, lalu Bunda Maria berkata:,,Apakah Hatimu tidak tersentuh? Ketika kau tetap bertahan, bahwa kau telah membuka pintu terlarang? Jika kau jujur aku akan mengembalikan anak-anakmu kembali kepadamu. Tetapi Ratu menjawab untuk ketiga kalinya: ,,Tidak, aku tidak membuka pintu terlarang itu.” Lalu Buda maria kembali membawa anak ketiganya dari dunia ini.

Dihari yang lain, semua orang membicarakan, dan berkata lantang: Ratu adalah seorang Pembunuh! Ia harus  hukum!” dan Raja tidak dapat membantu ke dewan kerajaan, ia membawa Ratu ke Pengadilan, dan ketika itu ia tidak dapat menjawab apapun dan membela diri, dan ia di ikat ke tiang kayu bersama-sama dan di bawahnaya ada kayu kayu yang akan dinyalakan api untuk membakarnya. 
 
Dalam hati yang terdalam ia bertobat, dan berfikir: ,,Apakah bisa aku mengakui sebelum kematianku datang, bahwa saya yang telah membuka pintu terlarang itu,” lalu suara bergemuruh, dan ia berteriak: ,,Bunda Maria, aku yang telah membukanya!” tiba-tiba hujan turun dari langit dan memandamkan api, dan cahaya datang mendekatinya Bunda Maria datang dengan membawa kedua Putra dan disebelahnya menggedong putri yang baru dilahirkan.
Ia berkata dengan penuh kasih sayang: ,, siapa yang mengakui dosanya dan bertaubat, maka ia akan diampuni.” Dan mendapatkan kembali 3 anaknya, juga lidahnya dan ia bahagia untuk selama-lamanya.

ini dia versi Deutsch-nya
Vor einem großen Walde lebte ein Holzhacker mit seiner Frau, der hatte nur ein einziges Kind, das war ein Mädchen von drei Jahren. Sie waren aber so arm, dass sie nicht mehr das tägliche Brot hatten und nicht wussten was sie ihm sollten zu essen geben. Eines Morgens ging der Holzhacker voller Sorgen hinaus in den Wald an seine Arbeit, und wie er da Holz hackte, stand auf einmal eine schöne große Frau vor ihm, die hatte eine Krone von leuchtenden Sternen auf dem Haupt und sprach zu ihm 'ich bin die Jungfrau Maria, die Mutter des Christkindleins: du bist arm und dürftig, bring mir dein Kind, ich will es mit mir nehmen, seine Mutter sein und für es sorgen.' Der Holzhacker gehorchte, holte sein Kind und übergab es der Jungfrau Maria, die nahm es mit sich hinauf in den Himmel. Da ging es ihm wohl, es aß Zuckerbrot und trank süße Milch, und seine Kleider waren von Gold, und die Englein spielten mit ihm. Als es nun vierzehn Jahre alt geworden war, rief es einmal die Jungfrau Maria zu sich und sprach 'liebes Kind, ich habe eine große Reise vor, da nimm die Schlüssel zu den dreizehn Türen des Himmelreichs in Verwahrung: zwölf davon darfst du aufschließen, und die Herrlichkeit darin betrachten, aber die dreizehnte, wozu dieser kleine Schlüssel gehört, die ist dir verboten: hüte dich dass du sie nicht aufschließest, sonst wirst du unglücklich.' Das Mädchen versprach gehorsam zu sein, und als nun die Jungfrau Maria weg war, fing es an und besah die Wohnungen des Himmelreichs: jeden Tag schloss es eine auf, bis die zwölfe herum waren. In jeder aber saß ein Apostel, und war von großem Glanz umgeben, und es freute sich über all die Pracht und Herrlichkeit, und die Englein, die es immer begleiteten, freuten sich mit ihm. Nun war die verbotene Tür allein noch übrig, da empfand es eine große Lust zu wissen was dahinter verborgen wäre, und sprach zu den Englein 'ganz aufmachen will ich sie nicht und will auch nicht hinein gehen, aber ich will sie aufschließen, damit wir ein wenig durch den Ritz sehen.' 'Ach nein,' sagten die Englein, 'das wäre Sünde: die Jungfrau Maria hats verboten, und es könnte leicht dein Unglück werden.' Da schwieg es still, aber die Begierde in seinem Herzen schwieg nicht still, sondern nagte und pickte ordentlich daran und ließ ihm keine Ruhe. Und als die Englein einmal alle hinausgegangen waren dachte es 'nun bin ich ganz allein, und könnte hinein gucken, es weiß es ja niemand wenn ich's tue. Es suchte den Schlüssel heraus und als es ihn in der Hand hielt, steckte es ihn auch in das Schloss, und als es ihn hinein gesteckt hatte, drehte es auch um. Da sprang die Tür auf, und es sah da die Dreieinigkeit in Feuer und Glanz sitzen. Es blieb ein Weilchen stehen und betrachtete alles mit Erstaunen, dann rührte es ein wenig mit dem Finger an den Glanz, da ward der Finger ganz golden. Alsbald empfand es eine gewaltige Angst, schlug die Türe heftig zu und lief fort. Die Angst wollte auch nicht wieder weichen, es mochte anfangen was es wollte, und das Herz klopfte in einem fort und wollte nicht ruhig werden: auch das Gold blieb an dem Finger und ging nicht ab, es mochte waschen und reiben so viel es wollte.
 
Gar nicht lange, so kam die Jungfrau Maria von ihrer Reise zurück. Sie rief das Mädchen zu sich und forderte ihm die Himmelsschlüssel wieder ab. Als es den Bund hinreichte, blickte ihm die Jungfrau in die Augen, und sprach 'hast du auch nicht die dreizehnte Tür geöffnet?' 'Nein' antwortete es. Da legte sie ihre Hand auf sein Herz, fühlte wie es klopfte und klopfte und merkte wohl dass es ihr Gebot übertreten und die Türe aufgeschlossen hatte. Da sprach sie noch einmal 'hast du es gewiss nicht getan?' 'Nein' sagte das Mädchen zum zweitenmal. Da erblickte sie den Finger der von der Berührung des himmlischen Feuers golden geworden war, und wusste nun gewiss das es schuldig war und sprach zum drittenmal 'hast du es nicht getan?' 'Nein' sagte das Mädchen zum drittenmal. Da sprach die Jungfrau Maria 'du hast mir nicht gehorcht, und hast noch dazu gelogen, du bist nicht mehr würdig im Himmel zu sein.'

Da versank das Mädchen in einem tiefen Schlaf, und als es erwachte, lag es unten auf der Erde, mitten in einer Wildnis. Es wollte rufen, aber es konnte keinen Laut hervor bringen.
Es sprang auf und wollte fortlaufen, aber wo es sich hinwendete, immer ward es von dichtem Gebüsch zurück gehalten, das es nicht durchbrechen konnte. In der Einöde, in welche es eingeschossen war, stand ein alter hohler Baum, der musste ihm als Wohnung dienen. Darin schlief es Nachts, und wenn es stürmte und regnete, fand es darin Schutz. Wurzeln und Waldbeeren waren seine einzige Nahrung, die suchte es sich, so weit es kommen konnte. Im Herbst sammelte es die Blätter des Baumes und trug sie in die Höhle, und wenn es dann im Winter schneite und fror, bedeckte es sich damit. Auch verdarben seine Kleider und fielen vom Leib herab. Sobald dann die Sonne wieder warm schien, ging es heraus und setzte sich vor den Baum, und seine langen Haare bedeckten es von allen Seiten wie ein Mantel. So saß es lange Zeit und fühlte den Jammer und das Elende der Welt.
 
Einmal, als die Bäume wieder in frischem Grün standen, jagte der König des Landes in dem Wald und verfolgte Wild, und als es in das Gebüsch geflohen war, das den Waldplatz einschloss, stieg er ab, riss das Gestrüppe aus einander und hieb sich mit seinem Schwert einen Weg. Als er endlich hindurch gedrungen war, sah er unter dem Baum ein wunderschönes Mädchen sitzen, das von seinem goldenen Haar bis zu den Fußzehen bedeckt war. Er stand still und betrachtete es voll Erstaunen, dann redete er es an und sprach 'wie bist du in die Einöde gekommen?' Es schwieg aber still, denn es konnte seinen Mund nicht auftun. Der König sprach weiter 'willst du mit mir auf mein Schloss gehen?' Da nickte es bloß ein wenig mit dem Kopf. Der König nahm es auf seinen Arm, trug es auf sein Pferd, und führte es heim, wo er ihm schöne Kleider anziehen ließ, und ihm alles im Überfuß gab. Und ob es gleich nicht sprechen konnte, so war es doch so schön und freundlich, dass er es von Herzen lieb gewann, und es dauerte nicht lange, so vermählte er sich mit ihm.
 
Als etwa ein Jahr verflossen war, brachte die Königin einen Sohn zur Welt. Darauf in der Nacht, wo sie allein in ihrem Bette lag, erschien ihr die Jungfrau Maria und sprach 'willst du die Wahrheit sagen und gestehen dass du die verbotene Tür auf geschlossen hast, so will ich deinen Mund öffnen und dir die Sprache wieder geben: verharrst du aber in der Sünde, und leugnest hartnäckig, so nehm ich dein neugebornes Kind mit mir.' Das war der König verliehen zu antworten, sie blieb aber verstockt und sprach 'nein, ich habe die verbotene Tür nicht aufgemacht', und die Jungfrau Maria nahm das neugeborene Kind ihr aus dem Arme und verschwand damit. Am anderen Morgen, als das Kind nicht zu finden war, ging ein Gemurmel unter den Leuten, die Königin wäre eine Menschenfresserin und hätte ihr eigenes Kind umgebracht. Sie hörte alles und konnte nichts dagegen sagen, der König aber wollte es nicht glauben weil er sie so lieb hatte,
 
Nach einem Jahr gebar die Königin wieder einen Sohn. In der Nacht trat auch wieder die Jungfrau Maria zu ihr herein und sprach 'willst du gestehen dass du die verbotene Tür geöffnet hast, so will ich dir dein Kind wiedergeben und deine Zunge lösen: verharrst du aber in der Sünde und leugnest, so nehme ich auch dieses neugeborene mit mir.' Da sprach die Königin wiederum 'nein, ich habe die verbotene Tür nicht geöffnet,' und die Jungfrau nahm ihr das Kind aus den Armen weg und mit sich in den Himmel. Am Morgen, als das Kind abermals verschwunden war, sagten die Leute ganz laut die Königin hätte es verschlungen, und des Königs Räte verlangten dass sie sollte gerichtet werden. Der König aber hatte sie so lieb dass er es nicht glauben wollte, und befahl den Räten bei Leibes- und Lebensstrafe nichts mehr darüber zu sprechen.
 
Im nächsten Jahr gebar die Königin ein schönes Töchterlein, da erschien ihr zum drittenmal Nachts die Jungfrau Maria und sprach 'folge mir.' Sie nahm sie bei der Hand und führte sie in den Himmel, und zeigte ihr da ihre beiden ältesten Kinder, die lachten sie an und spielten mit der Weltkugel. Als sich die Königin darüber freuete, sprach die Jungfrau Maria 'ist dein Herz noch nicht erweicht? wenn du eingestehst dass du die verbotene Tür geöffnet hast, so will ich dir deine beiden Söhne zurück geben.' Aber die Königin antwortete zum drittenmal 'nein, ich habe die verbotene Tür nicht geöffnet.' Da ließ sie die Jungfrau wieder zur Erde hinabsinken und nahm ihr auch das dritte Kind.

Am anderen Morgen, als es ruchbar ward, riefen alle Leute laut 'die Königin ist eine Menschenfresserin, sie muss verurteilt werden,' und der König konnte seine Räte nicht mehr zurückweisen. Es ward ein Gericht über sie gehalten, und weil sie nicht antworten und sich nicht verteidigen konnte, ward sie verurteilt auf dem Scheiterhaufen zu sterben. Das Holz wurde zusammengetragen, und als sie an einem Pfahl festgebunden war und das Feuer rings umher zu brennen anfing, da schmolz das harte Eis des Stolzes und ihr Herz ward von Reue bewegt, und sie dachte 'könnt ich nur noch vor meinem Tode gestehen dass ich die Tür geöffnet habe', da kam ihr die Stimme dass sie laut ausrief 'ja, Maria, ich habe es getan!' Und alsbald fing der Himmel an zu regnen und löschte die Feuerflammen, und über ihr brach ein Licht hervor, und die Jungfrau Maria kam herab und hatte die beiden Söhnlein zu ihren Seiten und das neu geborne Töchterlein auf dem Arm. Sie sprach freundlich zu ihr 'wer seine Sünde bereut und eingesteht, dem ist sie vergeben,' und reichte ihr die drei Kinder, löste ihr die Zunge, und gab ihr Glück für das ganze Leben.

Brueder Grimm

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyendiri

Hari Sabtu pulang cepat dan mas bojo masih kerja. Rasanya gak pengen pulang dulu. Mau ngajakin temen main belum kontak dari pagi, jadinya males nunggu, males kebawah juga (sekarang udah jadi anak atas) Alhasil mampir deh kesini, tempat nongkrong yang jaman kuliah selalu kesini ini cabang baru lagi.  Dateng sendirian, niatnya mah sambil ngerjain tugas tapi karena ada wifi gratis jadinya malah yutuban.  Ternyata, dampaknya lumayan sama diriku (alah bilang aja gak suka dirumah) hahaha Eh tapi beneran bikin fresh gak monoton pergi-sekolah-rumah seminggu keknya gitu terus. Untuk harga di bowling naiknya banyak ya, sup buah yang di kemas jadi ala ala cafe sama suasana yang asik banget buat Nongki.  Maulah kesitu lagi sambil nongkrong sama mas bojo. 

Ectopic Pregnancy

Sudah lama kupendam ini semua.. Hanya orang orang lingkup kecilku yang tahu. Dan kupikir untuk apa menceritakan yang belum rezekiku..  Bulan juli 2022 Suami bernegosiasi untuk ayo kita lakukan program hamil lagi, semua akan ada obatnya katanya.. Namun aku terus ragu tentang kondisi dan keuangan. Ia selalu bilang kalau dari kami ada yang memang tidak bisa kami akan berkomitmen untuk tetap bersama. Akhirnya setelah perdebatan panjang dan dengan keyakinan yang diberikan suami aku memutuskan yuk cari tahu tentang program itu.  Berawal aku tanya tanya dengan rekan yang kerja di salah satu RS yang menangani hal tersebut. Akhirnya kami memutuskan untuk yuk tanya langsung ke RS sadewa di IVF centre. Disana kami mendapatkan informasi ada program hamil dengan paket untuk mengetahui kondisi awal. Setelah melihat tentang biaya kami berdua merasa Insya Allah mampu dan masih bisa di jangkau.  Banyak proses yang kami lakukan, pertama suami cek sperm kemudian di konsultasikan kepada dr andrologi, aku